Syarah-syarah kitab Alfiyah Ibnu Malik
Kitab Alfiyah yang telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia
ini, memiliki posisi yang penting dalam perkembangan Ilmu Nahwu. Berkat kitab
ini dan kitab aslinya, nama Ibn Malik menjadi sangat populer, dan pendapatnya
banyak dikutip oleh para ulama, termasuk ulama yang mengembangkan ilmu di
Timur. Al-Radli, seorang cendekiawan besar ketika menyusun Syarah Al-Kafiyah
karya Ibn Hajib, banyaklah mengutip dan mempopulerkan pendapat Ibn Malik. Bisa
dikatakan perkembangan ilmu nahwu setelah runtuhnya beberapa akademisi
Abbasiyah di Baghdad, para pelajar banyak mengikuti pemikiran Ibnu Malik
Kitab Alfiyah ini banyak di syarah oleh para ulama. Dalam kitab
Kasyf al-Zhunun, Haji Khalifah mengatakan bahwa para ulama penulis Syarah Alfiyah
berjumlah lebih dari empat puluh orang. Mereka ada yang menulis dengan panjang
lebar, ada yang menulis dengan singkat (mukhtashar), dan ada pula ulama yang
tulisannya belum selesai. Ada juga yang memberikan catatan pinggir (hasyiyah)
terhadap kitab-kitab syarah Alfiyah.
Di antara syarah-syarah kitab Alfiyah adalah :
1. Syarah Alfiyah dengan nama kitab Durratul Mudhi`ah yang ditulis oleh putera Ibn Malik sendiri, Muhammad Badruddin (w.686 H).
Ini adalah syarah
Alfiyah yang pertama sekali di tulis. Syarah ini banyak mengkritik pemikiran
nahwiyah yang diuraikan oleh ayahnya, seperti kritik tentang uraian maf‟ul
mutlaq, tanazu‟ dan sifat mutasyabihat. Kritikannya itu aneh tapi putera ini
yakin bahwa tulisan ayahnya perlu ditata ulang. Atas dasar itu, Badruddin
mengarang bait Alfiyah tandingan dan mengambil syahid dari ayat al-Qur‟an.
Disitu tampak rasional juga, tetapi hampir semua ilmuan tahu bahwa tidak semua
teks al-Qur‟an bisa disesuaikan dengan teori-teori nahwiyah yang sudah dianggap
baku oleh ulama. Karena itu, penulis-penulis Syarah Alfiyah yang muncul berikutnya,
seperti Ibn Hisyam, Ibn Aqil, dan Al-Asymuni, banyak meralat alur pemikiran
putra Ibnu Malik tadi.
2. Al-Muradi (w. 749 H) beliau adalah murid Ibnu Hayyan. Beliau
menulis dua kitab syarah untuk kitab Tashil al-Fawaid dan Nadzam Alfiyah, keduanya
karya Ibn Malik. Meskipun syarah ini tidak populer di Indonseia, tetapi
pendapat-pendapatnya banyak dikutip oleh ulama lain. Antara lain Al-Damaminy
(w. 827 H) seorang sastrawan besar ketika menulis syarah Tashil al-Fawaid
menjadikan karya Al-Muradi itu sebagai kitab rujukan. Begitu pula Al-Asymuni
ketika menyusun Syarah Alfiyah dan Ibn Hisyam ketika menyusun Al-Mughni banyak
mengutip pemikiran al-Muradi yang muridnya Abu Hayyan itu.
3. Ibnu Hisyam (w.761 H) adalah ahli nahwu besar yang
karya-karyanya antara lain Syarah Alfiyah yang bernama Audlah al-Masalik yang
terkenal dengan sebutan Audlah. Dalam kitab ini ia banyak menyempurnakan definisi
suatu istilah yang konsepnya telah disusun oleh Ibn Malik. Tentu saja, ia tidak
hanya terpaku oleh Mazhab Andalusia, tetapi juga mengutip Mazhab Kufah, Bashrah
dan semacamnya.
4. Ibnu Aqil (w. 769 H) adalah ulama kelahiran Aleppo dan pernah
menjabat sebagai penghulu besar di Mesir. Karya tulisnya Syarah Alfiyah ini sangat
sederhana dan mudah dicerna oleh orang-orang pemula yang ingin mempelajari
Alfiyah Ibnu Malik . Ia mampu menguraikan bait-bait Alfiyah secara metodologis,
sehingga terungkaplah apa yang dimaksudkan oleh Ibn Malik pada umumnya. Syarah
Alfiyah Ibnu Aqil paling banyak beredar dan di pelajari oleh kaum santri di
Indonesia. Terhadap syarah ini, ulama berikutnya tampil untuk menulis
hasyiyahnya. Antara lain Hasyiyah Ibn al-Mayyit, Hasyiyah Athiyah al-Ajhuri,
Hasyiyah al-Syuja‟i, dan Hasyiyah Al-Khudlariy.
5. Al-Asymuni (w. 929 H) bernama Manhaj Salik ila Alfiyah Ibn Malik
Syarah ini sangat kaya akan informasi, dan sumber kutipannya sangat bervariasi.
Syarah ini dapat dinilai sebagai kitab nahwu yang paling sempurna, karena
memasukkan berbagai pendapat mazhab dengan argumentasinya masing-masing. Dalam
syarah ini, pendapat para penulis Syarah Alfiyah sebelumnya banyak dikutip dan
dianalisa. Antara lain mengulas pendapat Putra Ibn Malik, Al-Muradi, Ibn Aqil,
Al-Sayuthi, dan Ibn Hisyam, bahkan dikutip pula komentar Ibnu Malik sendiri
yang dituangkan dalam Syarah Al-Kafiyah , tetapi tidak dicantumkan dalam Alfiyah
. Semua kutipan-kutipan itu diletakkan pada posisi yang tepat dan disajikan
secara sistematis, sehingga para pembaca mudah menyelusuri suatu pendapat dari
sumber aslinya.
6. Asy-Syathibi (w. 790 H) dengan kitabnya Maqashid asy-Syafiyah fi
Syarh Khulasah Syafiyah. Adalah
salah satu syarah kitab Alfiyah yang paling besar (6 jilid).
7. Ibnu Hayyan (w. 745 H). Dengan kitabnya Manhaj as-Salik fi
al-Kalam „ala Alfiyah Ibnu Malik. Beliau satu masa dengan Ibnu Malik tetapi
tidak sempat berguru dengannya. Beliau berguru dengan murid-murid Ibnu Malik.
8. Al-Makudi (w. 780 H). Beliau mensyarah Alfiyah dua kali, kecil
dan besar. Saat ini yang dicetak adalah yang kecil yang di beri hasyiah oleh Ibnu
Hamidun
9. Imam Sayuthi, Bahjatul Wardiyah
10. Ibnu Thulun
11. Syarah Al-Harawi
12. Syarah Ibnu Jazry. Dll.
Selain itu ada juga para ulama yang menuliskan i‟rab dari nadham
alfiyah, seperti kitab Tamrin Thulab karangan Syeik Khalid Azhari (w.905).
