STRATEGI NU DALAM MELESTARIKAN AJARAN AHLUSSUNNAH WALJAMA’AH

    Latar  belakang  berdirinya  Nahdlatul Ulama (NU) adalah  untuk  mempertahankan  ajaran Ahlussunnah Waljama’ah yang eksistensinya terancam ketika pemerintah Arab Saudi hendak menyatukan dunia Islam dengan paham Wahabinya. NU didirikan sebagai wadah para ulama untuk menyuarakan aspirasi umat Islam dunia agar paham Ahlussunnah Waljama’ah tidak terusik keberadaannya. Pemerintah Arab Saudi pun menyetujui hal itu. 

    Meskipun tujuan awal untuk berdirinya NU sudah berhasil, tetapi bukan berarti kemudian NU dibubarkan. NU tetap eksis dan tetap berusaha melestarikan dan  mengembangkan  ajaran  Ahlussunnah  Waljama’ah.  Selain  itu,  sebagai organisasi  NU  membentuk  beberapa  badan  atau  badan  khusus.  Diantaranya adalah: 

1. Bidang Dakwah

karena pada hakikatnya NU adalah gerakan dakwah. 

2. Bidang  Ma’arif

pendidikan,  karena  sekolah/madrasah  adalah  salah  satu pengejawantahan  amal  Nahdlatul  Ulama  bagi  masyarakat  dan  sekaligus merupakan saluran pengembangan ajaran Islam ‘ala madzhabi Ahlissunnah Waljama’ah. 

3. Bidang  Mabarat,  sosial

dengan  program  kerja  mengembangkan  gairah dan  kepekaan  sosial  sebagaimana  diajarkan  oleh  Islam  dan  sekaligus mengusahakan kesejahteraan masyarakat lahir batin duniawi dan ukhrawi. 

4. Bidang Muamalah (ekonomi) 

dengan program pokok membimbing umat untuk  bermuamalah  sesuai  dengan  hukum  dan  ajaran  agama  Islam  dan sekaligus berusaha meningkatkan potensi ekonomi umat sebagai salah satu sarana untuk mencapai ‘Izzul Islam wal Muslimin. 

    Selain itu, NU juga mendirikan banyak pesantren di seluruh Indonesia. Di pesantren itulah para santri NU digembleng dalam ilmu agama Islam, khususnya yang berpahamkan Ahlussunnah Waljama’ah. 

    Biaya pesantren dibuat semurah mungkin agar rakyat kecil dan orang miskin bisa belajar di pesantren. Di sana para santri bukan hanya dididik dengan pendidikan Islam, tetapi karakternya pun dibentuk dengan karakter Islami. Para santri bukan hanya diberi ilmu pengetahuan tetapi juga dibangun kepribadiannya. Jadi, pesantren bukan hanya wahana untuk transfer of knowledge (mentransfer pengetahuan) tetapi juga transfer of value (mentransfer  nilai  =  maksudnya  nilai-nilai  Islami)  dan  character  building (pembangun karakter).

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url