makalah tentang bahan ajar

 Hai Guyss ipblog berbagi makalah lagi nih, yang akan memudahkanmu dalam mengerjakan tugas perkuliahan.


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Salah satu tugas pendidik adalah menyediakan suasana belajar yang menyenangkan. Pendidik harus mencari cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan mengesampingkan ancaman selama proses pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan adalah dengan menggunakan bahan ajar yang menyenangkan pula, yaitu bahan ajar yang dapat membuat peserta didik merasa tertarik dan senang mempelajari bahan ajar tersebut.

Terkait dengan pembelajaran, perlunya pengembangan bahan ajar, agar ketersediaan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan siswa, tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus sesuai dengan tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan Kurikulum 2013 yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan baik standar isi, standar proses dan standar kompetensi lulusan. Kemudian karakteristik sasaran disesuaikan dengan lingkungan, kemampuan, minat, dan latar belakang siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan baik. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktor untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Bahan ajar adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui bahan ajar ini siswa diantarkan kepada tujuan pengajaran. Dengan perkataan lain tujuan yang akan dicapai siswa diwarnai dan dibentuk oleh bahan ajar. Bahan ajar pada hakikatnya adalah isi dari mata pelajaran atau bidang studi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakannya.

Bahan atau materi pelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dan dalam rangka penyampaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Bahan ajar merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi pelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka kita dapat pahami bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang bisa berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang menjadi isi kurikulum, baik bersifat nasional maupun lokal, yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dasar dalam satuan pendidikan tertentu.

B.       Jenis-jenis Bahan Ajar

Prinsip-prinsip penyusunan dan pemilihan bahan ajar tersebut diaplikasikan ke dalam beberapa bentuk bahan ajar. Adapun bentuk bahan ajar dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu :

1.      Bahan ajar cetak

Bahan ajar cetak ditampilkan dalam berbagai bentuk, antara lain :

a.       Handout 

Handout dalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dicapai oleh peserta didik.

b.      Buku

Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya, serta daftar pustaka. Buku akan sangat membantu guru dan siswa dalam mendalami ilmu pengetauan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.

c.       Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru.Oleh sebab itu, modul harus berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pelajaran, informasi pendukung, latihan soal, petunjuk kerja, evaluasi, dan balikan terhadap evaluasi.

d.      Lembar kegiatan siswa

Lembar kegiatan siswa (LKS) adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapat materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu siswa juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas yang berkaitan dengan materi tersebut.

e.       Brosur

Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetap lengkap tentang perusahaan atau organisasi. Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar selama sajian brosur diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa.

f.       Leaflet

Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.

g.      Wallchart

Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu mengajar, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain memiliki kejelasan tentang kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya.

h.      Foto atau gambar

Foto atau gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.

i.        Model atau Maket

Model atau maket yang didesain secara baik akan memberikan makna yang hampir sama dengan benda aslinya. Weiderman mengemukakan bahwa dengan melihat benda aslinya yang berarti dapat dipegang, maka peserta didik akan lebih mudah dalam mempelajarinya. Bahan ajar semacam ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dibantu dengan bahan tertulis agar memudahkan guru dalam mengajar maupun siswa dalam belajar.

2.      Bahan Ajar Dengar (Audio)

Media audio adalah media atau bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pita suara atau piringan suara) yang dapat merangsang pikiran dan perasaan pendengar sehingga terjadi proses belajar.

a.       Kaset/piringan hitam/compact disk

Media kaset dapat menyimpan suara yang dapat secara berulang-ulang diperdengarkan kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai bahan ajar. Bahan ajar kaset tidak dapat berdiri sendiri, dalam penggunaannya memerlukan bantuan alat dan bahan lainnya seperti tape recorder dan lembar skenario guru. Bahan ajar kaset biasanya digunakan untuk pembelajaran bahasa atau pembelajaran musik.

b.      Radio

Radio adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, dengan radio peserta didik bisa belajar sesuatu. Program radio dapat dirancang sebagai bahan ajar, misalnya pada jam tertentu guru merencanakan sebuah progam pembelajaran melalui radio. Seperti mendengarkan pengajian langsung di cenel radio dais yang sedang berlangsung.

3.      Bahan Ajar Pandang Dengar (Audio Visual)

Audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Yaitu :

a.       Video/Film

Program video film biasanya disebut sebagai alat bantu dengar (audio visual aids / audio visual media). Umumnya progam video telah dibuat dalam rancangan lengkap, sehingga setiap akhir dari penayangan video siswa dapat mengasai satu atau lebih kompetensi dasar.

Sesuai dengan perkembangan zaman, bahan ajar tentu mengalami kemajuan. Media pembelajaran/bahan ajar tidak hanya berupa gambar, tabel, grafik, OHP,dan tape recorder, tetapi dapat pula berupa audio-visual berbentuk VCD/DVD. VCD (video compact disc) memiliki persamaan dan perbedaan dengan DVD (digital versatile disc). Persamaan antara keduanya adalah pada aspek bentuk dan dimensi yang disuguhkan yakni dimensi pandang-dengar. Adapun perbedaanantara VCD dan DVD ada pada kualitas gambar, suara, format, dan kapasitas memori. Kualitas gambar dan suara yang dihasilkan oleh DVD jauh lebih baik dari pada VCD. Memori dari DVD juga lebih besar sehingga memungkinkan menyimpan banyak data. DVD menggunakan format VOB dan TSO sedangkan VCD menggunakan format MPEG dan DAT.

b.      Orang atau Nara sumber

Orang sebagai sumber belajar dapat juga dikatakan sebagai bahan ajar yang dapat dipandang dan didengar, karena dengan orang, seseorang dapat belajar misalnya karena orang tersebut memiliki ketrampilan khusus tertentu. Melalui keterampilannya seseorangdapat dijadikan bahan belajar bahkan seorang guru dapat dijadikan bahan ajar.

4.      Bahan Ajar Interaktif

Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan perilaku alami dari suatu persentasi. Saat ini sudah mulai banyak memanfaatkan bahan ajar ini, karena disamping menarik juga memudahkan bagi penggunaannya dalam mempelajari suatu bidang tertentu.

Bahan ajar interaktif dalam menyiapkannya diperlukan pengetahuan dan keterampilan pendukung yang memadai terutama dalam mengoperasikan peralatan seperti komputer, kamera, video, dan kamera foto. Bahan ajar interaktif biasanya disajikan dalam bentuk compack disk (CD).

C.      Prinsip-prinsip Bahan Ajar

Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah menguraikan bahwa cirri bahan ajar harus terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

1.      Prinsip relevansi artinya keterkaitan.

Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, dan standar isi. Misalnya, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, atau bahan hafalan. Sedangkan jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menggunakan sifat/konsep, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa prinsip. Misalkan pada mapel PAI untuk KD: Menjelaskan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati, maka materi pembelajarannya mencakup konsep atau hukum nun mati/tanwin, mim mati.

2.      Prinsip konsistensi artinya keajegan.

Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya, harus dirinci terlebih dahulu indikator-indikator yang akan mendukung pencapaian kompetensi dasar tersebut. Jika satu KD terdiri atas tiga indikator, maka bahan yang harus disediakan harus berkait dengan ketiga indikator tersebut.

3.      Prinsip kecakupan

Artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

D.      Kaidah Penyusunan Bahan Ajar

Penyusunanbahan ajar, baik untuk proses instruksional jarak jauh maupun langsung tatap muka antara guru dan peserta didik merupakan ciri dari sebuah system instruksional. Bahan ajar harus disusun berdasarkan rencana kegiatan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran maka bahan ajar yang dibuat juga harus mendukung kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai kompetensi yang diinginkan (Widodo dan Jasmadi 2008:54). Penyusunan dan pengembangan bahan ajar atau buku teks pelajaran tentu harus memperhatikan kaidah-kaidah penyusunannya. Secara umum, Sitepu (2008) mengemukakan bahwa dalam menyusun naskah buku teks pelajaran, penyusun perlu memperhatikan isi, metode pembelajaran, bahasa, ilustrasi, dan unsur-unsur grafika.

1.      Isi

Isi buku berkaitan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku seperti standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator kompetensi. Untuk mencapai kompetensi itu dalam kurikulum telah disebutkan materi pokok bahan ajar. Penyusun buku mengembangkan materi pokok itu sehingga dapat mencapai masing-masing kompetensi dasar. Kedalaman dan keluasan uraian bergantung pada indikator kompetensi yang hendak dicapai. Konsep dan teori yang disampaikan harus relevan dengan pokok bahasan, mutakhir dan benar berdasarkan disiplin ilmunya. Susunan dan urutan konsep dan teori didasarkan pada hubungan yang dapat bersifat hierarkial, prosedural, kelompok atau campuran ketiga-tiganya. Contoh aplikasi atau kegunaan teori sedapat mungkin diambil dan dikembangkan dari lingkungan serta kehidupan peserta didik. Dengan demikian belajar secara kontekstual dapat juga terlihat dari materi isi bahan ajar.

2.      Metode Pembelajaran

Hal kedua yang perlu diperhatikan ialah pengembangan materi isi bahan ajar dengan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran terkait dengan metode belajar dalam arti bahwa dalam memilih metode pembelajaran, penyusun buku teks pelajaran perlu mengetahui teori belajar yang sesuai. Dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan Quantum Teaching, guru perlu mengetahui Quantum Learning; jika secara teori, siswa belajar dari yang kongkrit ke yang abstrak, penyusuan buku teks pelajaran menyajikan bahan atau contoh yang nyata/kongkrit kemudian mengarah ke yang abstrak. Penyusun buku pelajaran perlu pula memperhatikan prinsip-prinsip belajar aktif dengan memberikan kesempatan kepada siswa berperan serta dalam proses pembelajaran secara aktif  misalnya dengan memberikan kesempatan menemukan sendiri masalah dan cara pemecahannya yang terkait dengan pokok bahasan. Memberikan kesempatan melakukan pengamatan, praktek, dan mendiskusikan temuan-temuan mereka. Dalam proses belajar dan pembelajaran itu dimanfaatkan aneka sumber belajar yang ada di sekitar tempat belajar dan tempat tinggal siswa, seperti pasar, perpustakaan, laboratorium, museum, pabrik, pertanian, sungai, hutan, dan internet.

Metode pengembangan bahan ajar perlu mengacu pada (a) tujuan pembelajaran, (b) karakteristik peserta didik, (c) karakteristik bahan ajar, (d) lingkungan belajar, (e) sumber belajar yang tersedia, dan (f) alokasi waktu. Metode pengembangan bahan ajar ini sangat berpengaruh pada efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar dan membelajarkan. Metode ini pula akan mempengaruhi sejauh mana proses belajar aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dapat diwujudkan.

3.      Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan bahan ajar dari penyusun buku teks pelajaran kepada peserta didik. Bahan ajar yang telah disusun secara tepat dilihat dari materi isi dan metodologi belajar dan pembelajaran akan bermanfaat sebagai sumber belajar kalau disajikan dan disampaikan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif, dapat dimengerti dengan mudah oleh pembaca/penggunanya. Hal-hal yang mempengaruhi penggunaan bahasa yang efektif dan efisien ialah pilihan kata (diksi), kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar, susunan serta struktur kalimat dan paragraf, dan gaya bahasa. Dalam menggunakan bahasa ini perlu diperhatikan (a) kemampuan berbahasa peserta didik, (b) kaidah-kaidah bahasa, (c) karakteristik bahan ajar, dan (d) lingkungan sosial-budaya setempat. Sebelum naskah dicetak, keterbacaan bahan ajar perludiuji cobakan terlebih dahulu kepada calon pemakai.

4.      Ilustrasi

Ilustrasi berfungsi untuk memperjelas konsep-teori dan dapat dibuat dalam bentuk gambar, tabel, grafik, diagram, sketsa, denah, peta, atau potret. Dengan menggunakan ilustrasi uraian dapat dibuat menjadi lebih singkat, jelas, terfokus, dan menarik. Untuk menunjukkan perubahan nilai tukar dolar terhadap rupiah dalam satu bulan misalnya, dapat disajikan dengan grafik sehingga lebih singkat, jelas, dan menarik daripada penjelasan dengan uraian/narasi. Di samping hal-hal yang tidak mungkin ditunjukkan dalam bentuk sesunguhnya karena berbagai keterbatasan atau untuk keselamatan, dapat disampaikan dalam bentuk gambar atau seketsa.

Dalam membuat ilustrasi perlu diperhatikan (a) relevansi ilustrasi dengan konsep atau fenomena yang hendak dijelaskan (b) ketepatan dan kesesuaian ilustrasi, (c) warna, khususnya kalau warna itu mengandung makna, (d) dan penempatan ilustrasi, ditempatkan sedekat mungkin dengan konsep yang dijelaskan dengan ilustrasi.

5.      Grafika

Unsur-unsur grafika termasuk (a) desain buku, (b) kertas dan ukuran buku, (c) tipografi dan (d) tata letak kulit dan isi buku. Pada dasarnya, tanpa harus menguasai pengetahuan tentang kegrafikaan ini, penyusun buku teks pelajaran perlu tahu bahwa penampilan fisik buku dapat memotivasi peserta didik membaca dan mempelajarinya. Biasanya hal-hal yang berkaitan dengan kegrafikaan ini dibahas oleh perancang buku (book designer) penerbit dan penyusunan buku teks pelajaran. Di samping untuk daya tarik, unsur-unsur grafika ini mempengaruhi harga produksi buku pelajaran.

E.       Langkah-Langkah Pengembangan Bahan Ajar

Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan materi pembelajaran. Kriteria pokok pemilihan materi pembelajaran adalah SKL, SK, dan KD. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi pembelajaran yang benar-benar menunjang tercapainya SK-KD. Dengan kata lain, pemilihan materi pembelajaran haruslah mengacu atau merujuk pada SK-KD. Setelah diketahui kriteria pemilihan materi pembelajaran, sampailah kita pada langkahlangkah pengembangan materi pembelajaran. Secara garis besar langkah-langkah pengembangan materi pembelajaran meliputi:

1.      Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam SK-KD yang menjadi acuan atau rujukan pengembangan materi pembelajaran;

2.      Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran;

3.      Memilih materi pembelajaran yang sesuai atau relevan dengan SK-KD yang telah teridentifikasi tadi;

4.      Memilih sumber materi pembelajaran dan selanjutnya mengemas materi pembelajaran tersebut.

Menurut Husni (2010) ada beberapa langkah yang harus dilakukan pendidik sebelum sampai pada kesimpulan bahwa bahan ajar sudah dikembangkan dengan baik, serta bahan ajar yang digunakan memang baik. Paling tidak ada empat langkah utama dalam prosedur pengembangan bahan ajar yang baik, sebagai berikut:

1.      Analisis

Pada tahap ini dicoba untuk mengenali siapa peserta didik, dengan perilaku awal dan karakteristik yang dimiliki. Perilaku awal berkenaan dengan penguasaan dan kemampuan bidang ilmu atau mata pelajaran yang sudah dimiliki peserta didik. Seberapa jauh peserta didik sudah menguasai mata pelajaran itu? Sementara itu karakteristik awal memberikan informasi tentang ciri-ciri peserta didik.

Jika informasi tentang peserta didik sudah diketahui, maka implikasi terhadap rancangan bahan ajar dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat segera dikembangkan. Pengenalan yang baik terhadap perilaku awal dan karakteristik awal peserta didik sangat diperlukan untuk menentukan kebutuhan peserta didik dan kemudian merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi peserta didik.

2.      Perancangan

Dalam tahap perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan yaitu:

a.       Perumusan Tujuan Pembelajaran berdasarkan Analisis

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, akan diperoleh peta atau diagram tentang kompetensi yang akan dicapai peserta didik baik kompetensi umum maupun kompetensi khusus. Kompetensi umum dan kompetensi khusus, jika dirumuskan kembali dengan kaidah-kaidah yang berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Adapun kaidah yang berlaku, antara lain dengan melengkapi komponen tujuan pembelajaran yaitu Audience, Behavior, Condition, Degree.

b.      Pemilihan Topik Mata Pelajaran

Jika tujuan pembelajaran sudah ditetapkan dan analisis sudah dilakukan, maka peserta didik sudah mempunyai gambaran tentang kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik melalui proses belajar. Dengan demikian pendidik juga dapat segera menetapkan topik mata pelajaran dan isinya. Apa saja topik, tema isu yang tepat untuk disajikan dalam bahan ajar, sehingga peserta didik dapat belajar dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan? Apa saja teori, prinsip atau prosedur yang perlu didiskusikan dalan bahan ajar?

Acuan utama pemilihan topik mata pelajaran adalah silabus dan analisis instruksional yang telah pendidik miliki. Selanjutnya pendidik juga dapat menggunakan berbagai buku dan sumber belajar serta melakukan penelusuran pustaka, yaitu mengkaji buku-buku tentang mata pelajaran termasuk encyclopedia, majalah, dan buku yang ada di perpustakaan.

c.       Pemilihan Media dan Sumber

Pemilihan media dan sumber belajar harus dilakukan setelah pendidik memiliki analisis instruksional dan mengetahui tujuan pembelajaran. Pendidik diharapkan tidak memilih media hanya karena media tersebut tersedia bagi pendidik, disamping itu pendidik diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh kesediaan beragam media canggih yang sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat, media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta didik dalam proses belajar. Jadi pilihlah media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata pelajaran, yang memudahkan peserta didik belajar, serta yang menarik dan disukai peserta didik. Kata kuncinya adalah: Media yang dapat membelajarkan peserta didik. Media itulah yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih.

d.      Pemilihan Strategi Pembelajaran

Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika merancang aktivitas belajar. Dalam merancang urutan penyajian harus berhubungan dengan penentuan tema/ isu/ konsep/ teori/ prinsip/ prosedur utama yang harus disajikan dalam topik mata pelajaran. Hal ini tidaklah terlalu sulit jika sudah memiliki peta konsep dari apa yang ingin dibelajarkan. Jika sudah mengetahuinya maka bagaimana materi itu disajikan, secara umum dapat dikatakan bagaimana struktuk bahan ajarnya.

Berbagai urutan penyajian dapat dipilih berdasarkan urutan kejadian atau kronologis, berdasarkan lokasi, berdasarkan sebab akibat dan lain sebagainya.

3.      Pengembangan

Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk mengembangkan bahan ajar dengan baik. Beberapa saran yang dapat membantu untuk memulai pengenbangan bahan ajar yaitu:

a.       Tulislah apa dapat ditulis, mungkin berbentuk LKS, bagian dari penyususnan buku atau panduan praktik.

b.      Jangan merasa bahwa bahan ajar harus ditulis secara berurutan.

c.       Tulis atau kembangkan bahan ajar untuk peserta yang telah dikenal.

d.      Ingat bahan ajar yang dikembangkan harus dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.

e.       Ragam media, sumber belajar, aktivitas dan umpan balik merupakan komponen penting dalam memperoleh bahan ajar yang menarik, bermanfaat dan efektif bagi peserta didik.

f.       Ragam contoh, alat bantu belajar, ilustrasi serta pengemasan bahan ajar juga berperan dalam membuat bahan ajar.

g.      Gaya penulisan untuk bagian tekstual, naratif, explanatory, deskriptif, argumentatif dan perintah sangat penting agar peserta didik dapat memahami maksud pendidik.

4.      Evaluasi dan Revisi

Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai pihak terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai masukan untuk memperbaiki bahan ajar dan menjadikan bahan ajar lebih berkualitas. Evaluasi sangat diperlukan untuk melihat efektifitas bahan ajar yang dikembangkan. Apakah bahan ajar yang dikembangkan memang dapat dimengerti, dibaca dengan baik dan dapat membelajarkan peserta didik. Di samping itu evaluasi diperlukan untuk memperbaiki  bahan ajar sehingga menjadi bahan ajar yang baik.

Secara umum ada 4 cara untuk mengevaluasi bahan ajar yaitu :

a.       Telaan oleh ahli materi (lebih ditekankan pada validitas keilmuan serta ketepatan cakupan).

b.      Uji coba satu-satu (Salah seorang peserta mengkaji bahan ajar, kemudian diminta untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan tingkat kesukaran).

c.       Uji coba kelompok kecil (Satu kelompok kecil mengkaji bahan ajar, kemudian diminta untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan tingkat kesukaran).

d.      Uji coba lapangan ( Untuk memperoleh informasi apakah bahan ajar dapat mencapai tujuan?. Apakah bahan ajar dianggap memadai dan seterusnya.   

F.        Keuntungan Mengembangkan Bahan Ajar

Menurut Denita (2014) keuntungan bagi guru dalam mengembangkan bahan ajar antara lain sebagai berikut:

1.      Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

2.      Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.

3.      Memperkaya, karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.

4.      Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.

5.      Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya.

6.      Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

Sedangkan keuntungan bagi peserta didik antara lain sebagai berikut:

1.      Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

2.      Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.

3.      Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

G.      Modul Bagian Dari Bahan Ajar

Modul merupakan bagian dari bahan ajar, seperti telah dijelaskan dalam jenis- jenis bahan ajar modul memiliki pengertian yaitu alat atau saran pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, latihan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitas.

Sistem pengajaran dengan modul ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar mengajar disekolah, terutama yang berkaitan dengan penggunaan waktu, dana, fasilitas, dan tenaga secara tepat guna dalam mencapai tujuan secara optimal.

Modul merupakan salah satu hasil atau produk dari perkembangan teknologi instruksional yang menggunakan keuntungan-keuntungan dari berbagai pengajaran individu lainnya. Modul dirumuskan sebagai salah satu unit yang lengkap yang berdiri sendiri terdiri dari rangkaian kegiatan belajar yang sisusun untuk membantu para siswa dalam mencari sejumlah tujuan belajar yang telah dirumuskan secara spesifik dan oprasional.

Sistem pengajaran modul dikembangkan untuk mengatasi kelemahankelemahan sistem pengajaran tradisional. Selain itu modul juga berfungsi sebagai berikut:

1.      Adanya peningkatan motivasi belajar secara maksimal.

2.      Adanya peningkatan kreativitas guru dalam mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan serta pelayanan individual yang lebih mantap.

3.      Dapat mewujudkan prinsip maju berkelanjutan secara tidak terbatas.

4.      Dapat mewujudkan belajar yang lebih berkonsentrasi.

Perancangan bahan ajar menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan Pedoman Penulisan Modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2003 (dalam Aidodo dan Jasmadi 2008:49-52), maka modul yang dikembangkan harus mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunanya. Modul tersebut harus memperhatikan karakteristik modul, antara lain yaitu :

1.      Self Instructional

Peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri, tidak bergantung pada pihak lain. Hal ini sesuai dengan tujuan modul, yaitu agar peserta didik mampu belajar secara mandiri. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka didalam modul harus terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir ataupun tujuan antara. Selain itu, dengan modul tersebut dapat memudahkan peserta didik belajar secara tuntas dengan memberikan materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan modul yang mampu membuat peserta didik untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam proses pembelajaran adalah :

a.       Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka mendukung pemaparan materi pembelajaran.

b.      Memberikan kemungkinan bagi peserta didik untuk memunculkan umpan balik atau mengukur penguasaanya terhadap materi yang diberikan dengan memberikan soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya.

c.       Kontekstual, yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa.

d.      Bahasa yang digunakan cukup sederhana dan yang lebih penting adalah bahasa tersebut harus komunikatif karena peserta didik hanya berhadapan dengan buku ketika mereka belajar secara mandiri.

e.       Memberikan rangkuman materi pembelajaran untuk membantu peserta didik membuat sebuah catatan-catatan selama mereka belajar mandiri.

2.      Self Contained

Seluruh materi pembelajaran dari satu unit standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dipelajari terdapat dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran karena materi dikemas dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar kompetensi hal itu harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan kompleksitas kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.

3.      Stand Alone

Modul manual/multimedia yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak harus menggunakan media lain untuk mempelajari materi diklat. Jika peserta didik harus menggunakan media lain dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, modul tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.

4.      Adaptive

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fleksibel digunakan di berbagai tempat, serta isi materi pembelajaran dan perangkat lunaknya dapat digunakan sampai kurun waktu tertentu.

5.      User Friendly

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya,termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.

Untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan mengikuti kaidah dan elemen yang mensyaratkannya. Elemen-elemen yang harus dipenuhi dalam penyusunan modul antara lain :

a.       Konsistensi

Penyusunan modul harus memperhatikan konsistensi dalam hal pemakaian font, spasi, dan tata letak.

b.      Format

Penyajian dalam modul perlu memperhatikan format kolom tunggal atau multi, format kertas vertikal atau horisontal, dan icon yang mudah ditangkap.

c.       Organisasi

Materi pembelajaran harus terorganisasi dengan baik, dalam arti membuat materi pembelajaran yang terdapat dalam bahan ajar tersusun secara sistematis.

d.      Perwajahan

Daya tarik peserta didik terhadap bahan ajar pada umumnya lebih banyak dari bagian sampul. Oleh sebab itu, bagian sampul dianjurkan untuk menampilkan gambar, kombinasi warna, dan ukuran huruf yang serasi. Selain itu, dalam bahan ajar juga dapat diberikan tugas dan latihan yang dikemas dengan menarik sehingga peserta didik tidak merasa bosan.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url