Tipe dan Gaya Kepemimpinan

 Makalah Tipe dan Gaya Kepemimpinan


 A.    Latar Belakang

Kepemimpinan bukan kekuasaan, bukan jabatan dan kewenangan yang mesti dibanggakan. Kepemimpinan bukan pula barang dagangan yang dapat diperjual belikan. Hakekat kepemimpinan dalam pandangan Islam adalah amanah yang harus dijalankan dengan baik dan dipertanggungjawabkan bukan saja di dunia tapi juga di hadapan Allah nanti di akhirat. Kepemimpinan yang tidak dijalankan secara professional dan proporsional adalah penghianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Setiap aktivitas seseorang dalam suatu kelompok tertentu dan orang tertentu yang dipandang memiliki kelebihan dari yang lainnya, kelompok akan menjadikan ia sebagai pemimpin. Pemimppin bukan dilahirkan, melainkan sengaja diciptakan dan dibuat didasarkan pada kesepakatan sosial yang selalu hidup dalam kelompok tertentu. Bahkan yang paling besar, seorang presiden adalah pemimpin yang dibuat melalui pemilu, bukan dilahirkan.

Tampaknya teori ini lebih konfrehensif dalam memandang kenyataan manusia dilihat dari proses pembentukan prilaku kepemimpinannya. Pada awalnya, bakat alami sudah ada dalam diri manusia, minimal dalam memimpin dirinya sendiri berkaitan dengan proses survivalnya, kemudian manusia mengembangkan prilakunya melalui imitasi prilaku terhadap orang terdekatnya. Manusia pun berkembang dengan pengalaman eksternal yang lebih luas, yang menjadi stimulus utama perkembangan kepemimpinannya..

Tipe kepemimpinan dikembangkan oleh Fred E. Fielder.  Ia berpendapat bahwa keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang diterapkannya. ada tiga variable yang menentukan keberhasilan kepemimpinan, yaitu hubungan pemimpin dengan yang dipimpin, derajat struktur tugas, dan kedudukan kekuasaan pimpinan.gaya kepemimpinan yang paling ideal. Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang kooperatif dan tidak diktator. Selalu menstimulasi bawahannya untuk bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan bersama pula. Dalam tindakan dan usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan bawahannya dan selalu mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan bawahannya


B.     Rumusan Masalah

a.       Bagaimana teori kepemimpinan pendidikan islam

b.      Bagaimana tipe kepemimpinan pendidikan islam

c.       Bagaimana gaya kepemimpinan pendidikan islam


C.    Tujuan

a.       Untuk mengetahui teori kepemimpinan pendidikan islam

b.      Untuk mengetahui tipe kepemimpinan pendidikan islam

c.       Untuk mengetahui gaya kepemimpinan pendidikan islam


BAB II

PEMBAHASAN


A.    Teori Kepemimpinan

Teori –teori kepemimpinan yang berkembang, yaitu sebagai berikut.

1.         Teori genetic, yaitu kepemimpinan diartikan sebagai traits within the individual leader.Artinya, seseorang dapat menjadi pemimpin karena dilahirkan sebagai pemimpin, bukan karena dididik untuk menjadi pemimpin (leaders were borned and not made). Menurut C. Bird, bakat kepemimpinan hanya sekitar 5%, sehingga yang paling menentukan adalah pendidikan dan pelatihan.

2.         Teori sosial, yaitu teori yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok(function of the group). Menurut teori ini, keberhasilan suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat seseorang tetapi juga dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya. Setiap kelompok memiliki sifat dan ciri yang berbeda, sehingga memerlukan tipe atau gaya kepemimpinan yang berbeda pula. Dalam teori ini, peranan masyarakat sangat penting dalam menciptakan seorang pemimpin.

Setiap aktivitas seseorang dalam suatu kelompok tertentu dan orang tertentu yang dipandang memiliki kelebihan dari yang lainnya, kelompok akan menjadikan ia sebagai pemimpin. Dengan teori ini, pemimppin bukan dilahirkan, melainkan sengaja diciptakan dan dibuat didasarkan pada kesepakatan sosial yang selalu hidup dalam kelompok tertentu. Bahkan yang paling besar, seorang presiden adalah pemimpin yang dibuat melalui pemilu, bukan dilahirkan.

3.         Teori situasional, yaitu teori yang memandang bahwa kepemimpinan sangat bergantung pada situasi. Teori itu tidak hanya melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga berdasarkan ekonomi dan politik. Menurut konsep ini, kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation).

4.         Teori ekologis, yaitu kepemimpinan merupakan penggabungan antara bakat alami yang sudah alami yang sudah ada sejak dilahirkan dengan pendidikan dan pelatihan yang intensif. Teori ini tidak menolak adanya sumber natural kepemimpinan, tetapi sumber struktural pun sangat membantu terbentuknya seseorang pemimpin yang fungsional dan berpengaruh.

5.         Teori sosio-behavioristik, yaitu teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan dilahirkan oleh bakat, turunan, dan kecerdasan yang alamiah; pengalaman dalam kepemimpinan; pendidikan dan pelatihan; kesepakatan sosial, dan kontrak politik.

            Teori behaviorisme yang berasal dari psikologi terus diadopsi oleh berbagai cabang ilmu dalam ilmu-ilmu sosial, tidak terkecuali dalam manajemen dan administrasi. Dalam konteks kepemimpinan, teori prilaku yang paling menonjol, karena teori prilaku memadukan seluruh pandangan teori-teori yang sudah ada, baik dari pijakan sosiologis, psikologis, politis, seni, tradisi, maupun dilihat dari pendekatan manajemen.

            Pandangan yang mencoba untuk mengembangkan berbagai teori ini bertitik tolak dari pengakuan ilmiah terhadap eksistensi bakat alami manusia dalam hal kepemimpinan, kebiasaan di lingkungan tempat tinggal, sikap labeling atau pembuatan model perilaku yang ditiru dari kedua orang tua, guru, dan orang-orang yang dekat dalam pergaulannya. Kepemimpinan yang berkaitan dengan kekuasaan politik, system konstitusional suatu negara, kesepakatan sosial, prilaku organisasi, dan sebagainya, secara keseluruhan merupakan pertimbangan dari teori sosio-behavioristik.

            Tampaknya teori ini lebih konfrehensif dalam memandang kenyataan manusia dilihat dari proses pembentukan prilaku kepemimpinannya. Pada awalnya, bakat alami sudah ada dalam diri manusia, minimal dalam memimpin dirinya sendiri berkaitan dengan proses survivalnya, kemudian manusia mengembangkan prilakunya melalui imitasi prilaku terhadap orang terdekatnya. Manusia pun berkembang dengan pengalaman eksternal yang lebih luas, yang menjadi stimulus utama perkembangan kepemimpinannya..

            Teori kepemimpinan yang komfrehensif harus meliputi tiga hal, yakni (1) pemimpin dengan karakter psikologisnya, (2) para pengikut dengan masalah, sikap, dan kebutuhannya, (3) situasi kelompok antara pemimpin dengan pengikutnya saling berinteraksi.


B.     Tipe Kepemimpinan

1.      Tipe Kepemimpinan Autokrasi

Tipe kepemimpinan autokrasi, yaitu pemimpin bertindak sebagai dictator terhadap anggota kelompoknya. Pemimpin autokrasi adalah pemimpin yang memiliki wewenang (authority) dari suatu sumber (misalnya, karena posisinya), pengetahuan, kekuatan atau kekuasaan untuk memberikan pengahargaan ataupun menghukum. Pemimpin yang autokrasi menggunakan otoritasnya sebagai pegangan atau hanya sebagai alat agar segala sesuatunya dapat diselesaikan.

Ciri-ciri pemimpin yang autokrasi diantaranya :

a.       Menganngap organisasi sebagai milik pribadi;

b.      Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;

c.       Menganggap bawahan hanya sebagain alat;

d.      Tidak menerima kritik, saran, dan pendapat;

e.       Bergantung pada kekuasaan formalnya;

f.       Menggunankan approach yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.


2.      Tipe Kepemimpinan Militeristis

Ciri-ciri pemimpin militeristis, yaitu :

a.       Menggunakan sistem perintah untuk menggerkan bawahannya;

b.      Senang bergantung pada pangkat dan jabatannya;

c.       Sedang pada formalilitas yang berlebihan;

d.      Menunutut disiplin yang tinggi dan kaku terhadap bawahan;

e.       Sukar menerima kritikan dari bawahannya;

f.       Menggemari upacara-upacara dalam berbagai keadaan.


3.      Tipe Kepemimpinan Paternalistik

Ciri-ciri pemimpin paternalistic, yaitu :

a.       Memperlakukan bawahan sebagai orang yang belum dewasa;

b.      Selalu memberikan perlindungan (overly protective);

c.       Keputusan ada ditangan pemimpin

d.      Pemimpin bertindak sebagai bapak


4.      Tipe Kepemipinan Kontingensi Fielder

Tipe kepemimpinan ini dikembangkan oleh Fred E. Fielder.  Ia berpendapat bahwa keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang diterapkannya. Menurut pendekatan ini, ada tiga variable yang menentukan keberhasilan kepemimpinan, yaitu hubungan pemimpin dengan yang dipimpin, derajat struktur tugas, dan kedudukan kekuasaan pimpinan.

Tipe kepemimpinan ini memandang bahwa keberhasilan kepemimpinan dalam suatu organisasi ditentukan oleh hal berikut :

a. Hubungan interaksional yang harmoa gaynis antara atasan dengan bawahan;

b. Pembagian tugas dan kewajiban diikuti oleh wewenang dan tanggung jawab yang jelas;

c. Pemimpin yang kuat secara legal formal.


5.      Tipe Kepemimpinan  Tiga Dimensi

Tipe kepemimpinan ini di kemukaakan oleh Wiliam J. Reddin (1970). Tipe kepemimpinan ini Dinamakan three-dimensional-model karena pendekatannya Menghubungkan Tiga Kelompok Gaya kepemimpinan, yaitu Gaya Dasar, gaya efektif, dan gaya tidak efektif menjadi satu kesatuan. Berdasrkan dua prilaku kepemimpinan, yaitu berorientasi kepada orang (people oriented) dan berorientasi pada tugas (task oriented).


6.      Tipe Kepemimpinan Laissez Faire

Ciri-ciri tipe kepemimpinan ini, yaitu memberi kebebasan kepada bawahan, pemimpin tidak berlipat dalam kegiatan, semua pekerjaan dan tanggung jawab dilimpahkkan kepada bawahan, pemimpin tidak mempunyai wibawa, tidak ada koordinasi, dan pengawasan yang baik.


7.       Tipe Kemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis disebut juga dengan kepemimpinan modernis dan partisipatif. Semua anggota diajak berpartisipasi menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk mencapai tujuan organisasi.

Ciri-ciri pemimpin demokratis, yaitu :

a.       Bawahan diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas;

b.      Bersifat terbuka;

c.       Mengutamakan musyawarah dan kepentingan bersama;

d.      Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan organisasi;

e.       Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi;

f.       Mengembangkan regenerasi kepemimpinan;

g.      Perluasan kaderarisasi agar bawahan lebih maju dan menjadi pemimpin masa depan;

h.      Memandang semua masalah dapat dipecahkan dengan usaha bersama.


8.      Tipe Kepemimpinan Karismatik

Ciri-ciri dari kepemimpinan karismatik, yaitu :

a.       Memiliki kewibawaan alamiah;

b.      Mempunyai daya Tarik yang metafisikal;

c.   Tidak dibentuk oleh faktor eksternal yang formal, seperti aturan legal formal, pelatihan atau pendidikan, dan sebagainya;

d.      Tidak di latar belakangi oleh faktor.


C.    Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah suatu norma prilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain seperti yang ia lihat. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola prilaku seseorang pemimpin yang khas pada saat yang mempengaruhi yung dipimpinnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan. Terdapat  beberapa gaya dalam kepemimpinan, yakni gaya kepemimpinan otoriter, pseudo-demokratis, gaya kepemimpinan laisez faire (gaya bebas), dan gaya kepemimpinan demokratis.


1.      Gaya Otoriter

Otoriter atau otokrat berasal dari kata autos. Yang berarti sendiri dan kratos yang berarti kekuasaan atau kekuatan. Maka secara etimologis otoriter atau otokrat berarti penguasa absolute (kartini kartono, 1998:71).

Gaya kepemimpinan seperti ini identik dengan seorang diktator. Bahwa memimpin adalah menggerakan dan memaksa (Ngalim purwanto, 1996:48). Penafsirannya, sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjuk dan memberi perintah sehingga ada kesan bawahan hanya mengikuti dan menjalankannya, tidak boleh membantah dan mengajukan saran.

Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki adanya rapat-rapat atau musyawarah. Adanya perkumpulan (rapat-rapat) hanyalah berarti untuk menyampaikan instruksi. Setiap perbedaan diantara bawahannya diartikan sebagai kepicikan atau pelanggaran terhadap disiplin atau perintah yang telah dikeluarkannya.

Gaya kepemimpinan seperti ini dicontohkan dalam al-qur’an, yaitu seperti kepemimpinan seorang fir’aun yang sangat otoriter dan dzalim. Kepemimpinan otoriter fir’aun telah membawanya pada kedurhakaan yang tidak akan berampun, karena telah menyatakan dirinya sebagia tuhan. Kesewenang-wenangan fir’aun sebagai pemimpin yang otoriter dan dzalim dapat kita jumpai dalam firman Allah SWT., yang artinya : “Sesungguhnya fir’aun telah berbuat sewenang-wenang dimuka bumi dan menjadikan penduduknya penduduknya berpecah-belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs.Al-Qashash ayat 4)

Gaya pemimpin yang otoriter menurut Hadari Nawawi (1993:165) biasanya memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

a. Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi;
b. Mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
c. Menganggap bawahan bak sebuah alat semata;
d. Tidak menerima pendapat, saran atau kritik dari bawahannya;
e. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya;
f. Cara pendekatan kepada bawahannya dengan pendekatan paksaan dan bersifat kesalahan menghukum.


2.      Gaya Pseudo-Demokratis

Istilah pseudo berarti palsu. Maka pseudo demokratis berarti bukan atau tidak demokratis. Gaya kepemimpinan seperti ini sebenarnya otokratis, tetapi dalam kepemimpinannya memberi kesan demokratis. Seorang pemimpin yang bersifat pseudo-demokratis sering memakai“topeng”. Ia pura-pura memperlihatkan sifat demokratis di dalam kepemimpinnanya. Ia memberi hak dan kuasa kepada para bawahannya untuk menetapkan dan memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia bekerja dengan perhitungan. Ia mengatur siasat agar kemauannya terwujud kelak (soekarto indra fachrudi 1993:25-26).


3.      Gaya Bebas (Laissez faire)

Gaya kepemimpinan bebas atau laissez faire ini diartikan membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Gaya kepemimpinan seperti ini sang pemimpin praktis tidak memimpin. Pemimpin seperti ini sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan para bawahan atau anggotanya (kartono, 1998:71).

Prinsip gaya pemimpin gaya bebas ini memiliki sifat-sifat antara lain :

a.       Pembagian tugas kerja diserahkan kepada bawahannya

b.      Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur, berserakan dan tidak merata.

c.       Tidak memiliki tanggung jawab untuik mencsapai sebuah tujuan. (Hadari Nawawi, 1993: 168)

Adapun seandainya memperoleh keberhasilan dalam kepemimpinan ini semata mata karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh kepemimpinannya, gaya kepemimpinas laizes faire ini lebih cenderung dikatakan sebagai suatu cara atau gaya kepemimpinan yang tidak dapat dikatakan bentuk suatu kepemimpinan, karena dia tidak lebih dari penonton dalam suatu kegiatan, lagi pula dia tidak akan menentukan suatu arah kebijaksanaan, tidak mempunyai wewenang dan tidak pula menentukan dalam setiap bentuk kegiatan (Jawahir Tanthowi, 1983:31).


4.      Gaya Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis ini adalah gaya kepemimpinan yang paling ideal. Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang kooperatif dan tidak diktator. Selalu menstimulasi bawahannya untuk bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan bersama pula. Dalam tindakan dan usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan bawahannya dan selalu mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan bawahannya (purwanto dan djojopranoto, 1996:48).

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para bawahannya. Dalam melakukan pekerjaannya selalu terdapat koordinasi kepada semua bawahan dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan yang demokratis ini bukan terletak pada person atau individu pemimpin, tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari semua. Kepemimpinan demokratis sangat menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasihat-nasihat dan sugesti bawahan, juga mengakui keahlian para spesialis dalam bidangnya masing-masing. Mampu menggunakan setiap kapasitas anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat (Kartini Kartono, 1998:73).


BAB III

PENUTUP


1. Kesimpulan

Teori kepemimpinan yang komfrehensif harus meliputi tiga hal, yakni (1) pemimpin dengan karakter psikologisnya, (2) para pengikut dengan masalah, sikap, dan kebutuhannya, (3) situasi kelompok antara pemimpin dengan pengikutnya saling berinteraksi.

keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang diterapkannya. ada tiga variable yang menentukan keberhasilan kepemimpinan, yaitu hubungan pemimpin dengan yang dipimpin, derajat struktur tugas, dan kedudukan kekuasaan pimpinan.

Gaya kepemimpinan adalah suatu norma prilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain seperti yang ia lihat. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola prilaku seseorang pemimpin yang khas pada saat yang mempengaruhi yung dipimpinnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan.


2. Saran 

Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan dalam melaksanakan aktivitas kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.

Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 

Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai    seorang pemimpin.

Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin suatu hubungan kerjsama yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi atau instnasi.  


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url